Kamis, 15 Desember 2016

Resonansi

Yang terjadi pada diri kamu adalah hasil manisfestasi resonansi pikiran yang di respon oleh semesta. Jika kamu dalam kondisi sedih, marah, benci, kecewa, sakit hati, curang, bohong, ingin mencelakai orang lain, merugikan orang lain, dll, maka tubuhmu akan memancarkan resonansi negatif, semesta meresponnya, dan akan diberikan lebih banyak lagi, bertubi-tubi.

Jika kamu dalam kondisi senang, bahagia, damai, adil, bijaksana, dll, maka tubuhmu akan memancarkan resonansi positif, semesta meresponnya, dan akan diberikan lebih banyak lagi, berlipat-lipat.
Jadi apabila hidupmu sering mendapati musibah/cobaan, cobalah koreksi resonansi yang selama ini kamu pendarkan kepada semesta. Begitu juga sebaliknya apabila hidupmu selalu dipenuhi dengan keberuntungan maka jagalah resonansi positif yang dipendarkan oleh tubuhmu itu.

Lalu, bagaimana jika tubuh kamu sudah terlanjur memendarkan resonansi negatif? Ingat, resonansi yang dipendarkan oleh tubuh itu sumbernya dari pikiran, jika pikiranmu buruk/jahat/licik maka akan menghasilkan resonansi negatif. Untuk mentralisir itu semua maka pikiranmu harus di "reset" ulang, misal dengan mengucapkan "aku memutuskan untuk menjadi pribadi yang lebih baik" , atau kalau mau menggunakan pendekatan agama, "semoga Tuhan mengampuniku" atau "astaghfirullah hal adzim..." dll, kalimat itu tidak sekedar di ucapkan tapi harus melibatkan perasaan, betul-betul merasuk di dalam hati sehingga terjadi perubahan pola pikir.

Rabu, 14 Desember 2016

Batara guru, Togog dan Semar

Beberapa tahun kemudian terjadilah perselisihan antara Batara Antaga dan Batara Ismaya. Mereka berdua sama-sama merasa berhak menjadi ahli waris Sanghyang Tunggal. Batara Antaga sebagai anak tertua merasa yang paling berhak naik takhta. Namun hal itu dibantah oleh Batara Ismaya yang mengetahui sejarah leluhur, bahwa Sanghyang Nurrasa dulu menunjuk Sanghyang Wenang sebagai ahli waris, padahal Sanghyang Darmajaka lebih tua.

Kedua kakak beradik itu lalu bertarung adu kesaktian. Namun keduanya sama-sama kuat sehingga sulit menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Akhirnya, mereka pun memanggil Batara Manikmaya untuk menjadi saksi dan memberikan penilaian yang adil terhadap persaingan tersebut.
Batara Manikmaya lalu mengusulkan supaya Batara Antaga dan Batara Ismaya menelan gunung ke dalam perut dan mengeluarkannya. Dengan cara ini dapat diketahui siapa yang lebih sakti dan siapa yang lebih pintar. Keduanya pun setuju.

Batara Antaga yang mula-mula memilih salah satu gunung di Pegunungan Himalaya, kemudian berusaha menelannya dalam sekali lahap. Setelah berusaha sekuat tenaga, gunung tersebut pun masuk ke dalam perut Batara Antaga, namun tidak bisa keluar. Karena tadi ia telah memaksakan diri melahap gunung, maka mulutnya kini menjadi robek dan lebar, matanya pun melotot besar, serta tubuhnya menjadi bulat dan gemuk.

Batara Ismaya maju dan memilih sebuah gunung yang lebih besar. Dengan sabar dan telaten ia memakan gunung itu perlahan-lahan hingga semua masuk ke dalam perutnya setelah beberapa hari. Namun ia juga tidak mampu mengeluarkannya. Karena tidak tidur selama berhari-hari, kini wujud Batara Ismaya menjadi berubah jelek, dengan mata sembab dan hidung ingusan. Selain itu, karena gunung yang ditelannya lebih besar daripada yang ditelan Batara Antaga, akibatnya tubuhnya pun menjadi lebih gemuk dan lebih bulat daripada sang kakak.

Sanghyang Padawenang datang dan sangat murka melihat ulah kedua putranya. Ia pun mengumumkan bahwa Batara Manikmaya adalah yang berhak mewarisi takhta Kahyangan Tengguru, sedangkan mereka berdua diperintah untuk pergi bertapa di alam Sunyaruri. Kelak jika saatnya tiba, Sanghyang Padawenang akan memberikan perintah kepada mereka supaya muncul ke alam nyata dan menjadi pengasuh keturunan Batara Manikmaya. Batara Antaga hendaknya menjadi pengasuh golongan raksasa, sedangkan Batara Ismaya menjadi pengasuh golongan manusia.

Batara Antaga dan Batara Ismaya mematuhi keputusan sang ayah, namun mereka tidak bisa menerima begitu saja kalau Batara Manikmaya langsung diangkat menjadi ahli waris Kahyangan Tengguru. Mereka meminta Batara Manikmaya harus bisa membuktikan kalau dirinya juga bisa menelan dan mengeluarkan gunung sesuai perlombaan yang telah ditetapkan tadi.
Batara Manikmaya setuju. Ia lalu memilih gunung paling indah di Himalaya, yaitu Gunung Kaelasa untuk dimasukkan ke dalam perut. Berbeda dengan kedua kakaknya, ia lebih dulu mengheningkan cipta dan mengubah gunung itu menjadi sangat kecil sehingga dapat dengan mudah ditelan dan dikeluarkan lagi. Setelah itu, gunung tersebut dikembalikan ke ukuran asli dan diletakkan ke tempat semula.

Batara Antaga dan Batara Ismaya mengakui kepandaian dan kesaktian Batara Manikmaya, dan mereka pun merelakan takhta Kahyangan Tengguru menjadi milik si adik bungsu. Namun Batara Ismaya mengeluhkan wujudnya yang telah berubah menjadi buruk rupa, sehingga mustahil ada wanita yang sudi menjadi istrinya. Padahal Sanghyang Padawenang dulu pernah meramalkan bahwa ia kelak akan memiliki sepuluh anak.
Sanghyang Padawenang menjawab bahwa urusan jodoh itu sudah diatur oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Jelek atau tampan bukanlah ukuran untuk mendapatkan jodoh. Usai berkata demikian ia lantas mendatangkan seorang wanita yang tidak lain adalah keponakannya sendiri, yaitu Dewi Senggani putri Sanghyang Hening. Wanita inilah yang ditakdirkan menjadi jodoh Batara Ismaya.

Melihat kedua kakaknya telah berubah menjadi buruk rupa, tiba-tiba timbul sifat sombong dalam diri Batara Manikmaya yang merasa paling tampan dibanding mereka berdua. Sanghyang Padawenang prihatin mendengar kesombongan itu. Ia pun meramalkan bahwa Batara Manikmaya kelak akan menerita empat jenis cacat, yaitu berkaki pincang, berleher belang, bertaring dua, dan berlengan empat.
Batara Manikmaya menyesali kesombongannya dan memohon ampun. Namun Sanghyang Padawenang mengatakan bahwa itu semua telah menjadi takdir Tuhan dan semoga menjadi pengingat agar Batara Manikmaya lebih berhati-hati dalam perkataan dan perbuatan.

Singkat cerita, Batara Ismaya telah menikah dengan Dewi Senggani dan mendapatkan sepuluh anak, yaitu Batara Wungkuam, Batara Kuwera, Batara Siwah, Batara Wrehaspati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Yamadipati, Batara Temburu, Batara Kamajaya, dan Batari Darmanastiti. Setelah itu ia pun mohon pamit dan berangkat bersama Batara Antaga menuju ke alam Sunyaruri untuk mulai bertapa. Sejak saat itu Batara Antaga memakai nama Kyai Togog, sedangkan Batara Ismaya memakai nama Kyai Semar.

Setelah keberangkatan kedua putranya, Sanghyang Padawenang lalu menyerahkan takhta Kahyangan Tengguru dan segala pusaka warisan leluhur kepada Batara Manikmaya, sedangkan ia sendiri hidup menyepi dengan membangun kahyangan baru bernama Kahyangan Awang-Awang Kumitir. Batara Manikmaya kemudian menjadi raja para dewa dengan bergelar Batara Tengguru, atau disingkat Batara Guru.

Lahirnya batara antaga, batara ismaya dan batara manikmaya

Tersebutkah raja jin berwujud kepiting dari Kerajaan Telengsamodra, bernama Prabu Rekatatama. Ia memiliki seorang putri cantik bernama Dewi Rekatawati yang telah bermimpi menikah dengan seorang dewa bernama Sanghyang Tunggal. Demi untuk mewujudkan mimpi putrinya itu, Prabu Rekatatama pun berangkat mencari keberadaan Sanghyang Tunggal.

Prabu Rekatatama berhasil menemukan Sanghyang Tunggal yang bertapa di tepi pantai. Ia berusaha membangunkan calon menantunya itu namun tidak berhasil. Bahkan, daya perbawa Sanghyang Tunggal justru membuat Prabu Rekatatama terlempar dan jatuh pingsan.
Setelah sadar dari pingsan, Prabu Rekatatama kemudian mengheningkan cipta, mengerahkan kesaktiannya untuk membawa pergi Sanghyang Tunggal dengan cara gaib.

Sanghyang Tunggal terbangun dari tapa dan terkejut karena tahu-tahu dirinya sudah berada di dalam keraton bawah laut. Di hadapannya sudah ada seorang raja jin kepiting dan putri cantik, yang tidak lain adalah Prabu Rekatatama dan Dewi Rekatawati.
Prabu Rekatatama menyampaikan maksudnya untuk melamar Sanghyang Tunggal sebagai suami putrinya.

Singkat cerita, Dewi Rekatawati telah mengandung anak Sanghyang Tunggal. Ketika tiba waktunya, ternyata yang ia lahirkan adalah sebutir telur. Sanghyang Tunggal sangat marah dan membanting telur tersebut. Namun telur itu melesat terbang ke angkasa meninggalkan Kerajaan Telengsamodra. Sanghyang Tunggal semakin penasaran dan segera terbang pula untuk mengejarnya.
Telur ajaib itu melesat sampai ke Kahyangan Tengguru. Sanghyang Wenang terkejut dan berusaha menangkapnya. Namun telur aneh itu begitu gesit, dan baru bisa ditangkap setelah Sanghyang Wenang mengerahkan kesaktiannya.

Sanghyang Tunggal datang menghadap dan menceritakan bahwa telur tersebut adalah anaknya yang terlahir dari Dewi Rekatawati. Sanghyang Wenang paham isi hati putranya, maka ia pun mengheningkan cipta memohon supaya telur di tangannya itu bisa berubah menjadi anak.
Selesai bersamadi, Sanghyang Wenang lalu menyiram telur itu dengan air keabadian Tirtamarta Kamandanu.

Secara ajaib, cangkang telur pun terbuka dan berubah menjadi seorang laki-laki yang diberi nama Batara Antaga. Selanjutnya putih telur juga berubah menjadi seorang laki-laki yang diberi nama Batara Ismaya. Dan yang terakhir, kuning telur berubah menjadi laki-laki pula dan diberi nama Batara Manikmaya.

Sanghyang Wenang kemudian menyampaikan niatnya untuk menyerahkan takhta Kahyangan Tengguru kepada Sanghyang Tunggal beserta seluruh pusaka peninggalan leluhur. Sanghyang Tunggal tunduk dan patuh terhadap keputusan sang ayah. Maka, Sanghyang Wenang pun memberikan tambahan berbagai macam ilmu kesaktian, kemudian ia menitis, bersatu jiwa raga ke dalam diri Sanghyang Tunggal.
Sejak hari itu, Sanghyang Tunggal menjadi pemimpin Kahyangan Tengguru. Karena ia merasa ilmu pengetahuan dan wibawa sang ayah jauh lebih besar, maka ia pun mengganti nama menjadi Sanghyang Padawenang.

Manusia

Wahai manusia, kalian itu makhluk yang aneh.

Pertama, suka mencemaskan masa depan, sampai lupa hari ini.

Kedua, kalian hidup seolah olah tidak bakal mati.

Ketiga, kalian cepat bosan sebagai anak-anak dan terburu-buru ingin dewasa. Namun setelah dewasa rindu lagi jadi anak-anak suka bertengkar, ngambek, dan ribut karena soal-soal sepele.

Keempat, kalian rela kehilangan kesehatan demi mengejar uang, tetapi setelah itu harus kehilangan banyak uang untuk bisa mendapatkan kembali kesehatan itu.

Hal-hal begitu inilah yang membuat hidup kalian susah.

Inilah satu lagi keanehan kalian :
Suka dan mudah lupa pada nasihat yang
baik.

1. kalian harus sadar bahwa mengejar rejeki adalah sebuah kesalahan. Yang seharusnya kalian lakukan ialah menata diri agar kalian layak dikucuri rejeki. Jadi jangan mengejar rejeki, tetapi biarlah rejeki yang mengejar kalian.

2. Ingat : "Siapa" yang kalian miliki itu lebih berharga dari pada "apa" yang kalian punyai. Perbanyaklah teman, kurangi musuh.

3. Jangan bodoh dengan cemburu dan membandingkan yang dimiliki orang lain. Melainkan bersyukurlah dengan apa yang sudah kalian terima. Khususnya, kenalilah potensi yang kalian miliki lalu kembangkanlah itu sebaik-baiknya.

4. Orang yang disebut Kaya bukanlah dia yg berhasil mengumpulkan yang paling banyak, tetapi adalah dia yang paling "sedikit" memerlukan, sehingga masih sanggup memberi kepada sesamanya.

Kamis, 08 Desember 2016

Pewayangan jawa (Sang Hyang Wenang)

Di Kahyangan Pulau Dewa, Sanghyang Nurcahya dihadap Sanghyang Nurrasa dan Patih Amir. Yang dibicarakan adalah rencana Sanghyang Nurcahya untuk mewariskan takhta beserta semua pusaka kepada Sanghyang Nurrasa yang dianggap telah cukup dewasa. Namun Sanghyang Nurrasa merasa belum memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab berat ini.

Sanghyang Nurcahya lalu memerintahkan putra tunggalnya itu untuk segera menikah sehingga memiliki istri yang bisa diajak berunding dalam memutuskan permasalahan. Lagi-lagi Sanghyang Nurrasa menolak karena masih ingin menambah ilmu dan pengalaman, apalagi dirinya belum mengetahui siapa wanita yang cocok untuk dijadikan pasangan hidup. Sanghyang Nurcahya marah dan mengusir Sanghyang Nurrasa pergi meninggalkan Kahyangan Pulau Dewa.

Sepeninggal Sanghyang Nurrasa, Patih Amir memohon supaya Sanghyang Nurcahya mengampuni Sanghyang Nurrasa dan memerintahkannya kembali. Namun Sanghyang Nurcahya menjelaskan bahwa kemarahannya tadi hanyalah pura-pura untuk mengukur sampai sejauh mana keteguhan hati dan kedalaman ilmu putranya. Sanghyang Nurcahya lalu memerintahkan Patih Amir untuk mengawasi perjalanan Sanghyang Nurrasa dari kejauhan.

Sanghyang Nurrasa berkelana sampai tiba di Pulau Darma dan bertapa di puncak sebuah gunung. Beberapa waktu kemudian datang seorang jin bernama Patih Parwata bersama pasukannya. Patih Parwata marah karena ada orang asing berani bertapa di wilayah Kerajaan Pulau Darma. Mereka pun mengganggu Sanghyang Nurrasa supaya menghentikan tapa brata tersebut.

Sanghyang Nurrasa keduanya lalu mengadu kepandaian yang dilanjutkan dengan pertempuran adu kesaktian. Meskipun seorang diri, namun Sanghyang Nurrasa mampu menghadapi mereka semua tanpa terdesak sama sekali. Patih Amir yang mengintai dari persembunyian akhirnya muncul dan melerai pertempuran tersebut sebelum jatuh korban di antara mereka.

Kepada Patih Parwata, Patih Amir memperkenalkan Sanghyang Nurrasa sebagai cucu dari Prabu Nurhadi. Ternyata Patih Parwata adalah kakak kandung Prabu Nurhadi dan Patih Amir sendiri. Patih Parwata sangat gembira mengetahui bahwa Sanghyang Nurrasa ternyata masih anggota keluarganya. Ia pun mengundang Sanghyang Nurrasa dan Patih Amir untuk berkunjung ke Kerajaan Pulau Darma.

Raja jin di Kerajaan Pulau Darma bernama Prabu Rawangin adalah adik dari Patih Parwata, sehingga terhitung masih saudara Prabu Nurhadi dan Patih Amir pula. Prabu Rawangin menyambut baik kedatangan Sanghyang Nurrasa dan langsung merasa suka kepadanya. Maka, Prabu Rawangin pun berniat menjadikan Sanghyang Nurrasa sebagai menantu, yaitu dijodohkan dengan putrinya yang bernama Dewi Rawati.

Prabu Rawangin menceritakan beberapa hari yang lalu Dewi Rawati telah bermimpi mendapat petunjuk bahwa jodohnya sudah dekat, dan merupakan cucu dari Nabi Sis. Tak disangka laki-laki yang dimaksud dalam mimpi tersebut kini sudah hadir dan masih anggota keluarga sendiri dari pihak ibu. Menanggapi hal ini, Sanghyang Nurrasa meminta pertimbangan kepada Patih Amir, dan Patih Amir pun menyarankan supaya menerima perjodohan tersebut. Sanghyang Nurrasa akhirnya bersedia menjadi menantu Prabu Rawangin.

Sanghyang Nurcahya dan Dewi Nurrini menyambut kedatangan Sanghyang Nurrasa dan Dewi Rawati dengan suka cita. Sanghyang Nurcahya kemudian menyatakan pengunduran dirinya sebagai penguasa Kahyangan Pulau Dewa. Ia telah menulis semua pengalaman hidupnya dalam sebuah kitab gaib bernama Pustaka Darya, dan menyerahkannya kepada Sanghyang Nurrasa bersama pusaka-pusaka yang lain, yaitu Tirtamarta Kamandanu, Cupumanik Astagina, Lata Mahosadi, dan Retna Dumilah.
Setelah Sanghyang Nurrasa meminum Tirtamarta Kamandanu, Sanghyang Nurcahya kemudian menitis ke dalam dirinya, bersatu jiwa raga dengan putranya tersebut. Sejak saat itu, Sanghyang Nurrasa pun menjadi pemimpin tertinggi di Kahyangan Pulau Dewa.

Beberapa bulan kemudian, Dewi Rawati melahirkan suara tanpa rupa, berjumlah dua dan saling berebut siapa yang lebih tua. Sanghyang Nurrasa lalu mengheningkan cipta memasuki alam gaib dan membina semua rahsa, sehingga kedua suara itu dapat dikumpulkan dan diberi wujud. Yang bersuara besar dijadikan anak pertama, diberi nama Sang Supi, bergelar Sanghyang Darmajaka, atau Sanghyang Wening, sedangkan yang bersuara kecil dijadikan anak kedua, diberi nama Sang Jaji, bergelar Sanghyang Wenang.

Beberapa tahun kemudian Dewi Rawati melahirkan anak ketiga, berwujud jin sejati, yang oleh Sanghyang Nurrasa diberi nama Sanghyang Taya. Ketiga putra Sanghyang Nurrasa itu sama-sama suka bertapa dan belajar ilmu kesaktian, dan yang paling menonjol di antara mereka adalah Sanghyang Wenang.

Tersebutlah seorang raja jin bernama Prabu Hari dari Kerajaan Keling. Ia mendengar adanya penguasa bernama Sanghyang Nurrasa di Kahyangan Pulau Dewa yang telah banyak menundukkan kaum jin. Prabu Hari merasa penasaran dan berniat mencoba ilmu kesaktian Sanghyang Nurrasa. Bersama Patih Sangadik dan sekutunya yang bernama Prabu Sikanda dari Kerajaan Selongkandi, mereka pun berangkat menyerang Pulau Dewa.

Sesampainya di sana, Sanghyang Nurrasa justru menyambut kedatangan mereka dengan ramah. Tak disangka, Sanghyang Nurrasa ternyata sudah mengetahui maksud dan tujuan para jin tersebut dan menyerahkan semua urusan kepada para putra.
Maka, Prabu Hari pun berhadapan dengan Sanghyang Wenang. Meskipun baru bertemu, namun Sanghyang Wenang dapat menebak asal-usul Prabu Hari, yaitu putra Jin Saraba. Adapun Jin Saraba adalah saudara dari Prabu Nurhadi, Prabu Rawangin, Patih Parwata, dan Patih Amir.

Juga ada lagi saudara mereka yang lebih tua bernama Prabu Palija, raja Kerajaan Keling sebelumnya. Setelah Prabu Palija turun takhta, Kerajaan Keling diserahkan kepada putranya yang bergelar Prabu Sangadik. Namun Prabu Sangadik dapat dikalahkan oleh sepupunya sendiri, yaitu Prabu Hari tersebut. Prabu Sangadik lalu menyerahkan Kerajaan Keling kepada sepupunya itu, juga mempersembahkan putrinya yang bernama Dewi Wisawati. Prabu Hari kemudian menikahi Dewi Wisawati, sedangkan Prabu Sangadik ditetapkan sebagai patih.

Prabu Hari malu sekaligus marah karena asal-usulnya dapat ditebak. Ia pun menyerang Sanghyang Wenang dan terjadilah pertempuran. Namun pertempuran itu dapat dimenangkan oleh Sanghyang Wenang. Di sisi lain, Prabu Sikanda juga dapat dikalahkan oleh Sanghyang Darmajaka, sedangkan Patih Sangadik menyerah kalah kepada Sanghyang Taya.

Sanghyang Nurrasa sangat senang melihat kemenangan putra-putranya, terutama kepada Sanghyang Wenang yang memiliki kepandaian paling tinggi. Ia pun mengubah permusuhan menjadi persahabatan dengan melamar putri-putri Prabu Sikanda dan Prabu Hari untuk menjadi menantunya. Kedua raja jin sangat gembira dan menerima lamaran tersebut dengan senang hati.
Maka, diadakanlah pernikahan antara Sanghyang Darmajaka dengan Dewi Sikandi putri Prabu Sikanda, serta Sanghyang Wenang dengan Dewi Sahoti putri Prabu Hari. Adapun Sanghyang Taya kelak akan bertemu jodohnya di lain waktu.

Tidak hanya itu, Prabu Sikanda juga menyerahkan Kerajaan Selongkandi kepada Sanghyang Darmajaka untuk menjadi penguasa di sana, sedangkan Prabu Hari menyerahkan Kerajaan Keling kepada Sanghyang Wenang. Namun Sanghyang Nurrasa memiliki rencana lain, yaitu mengangkat Sanghyang Wenang sebagai ahli waris Kahyangan Pulau Dewa. Adapun Kerajaan Keling sebaiknya diserahkan kepada putra Sanghyang Wenang yang kelak lahir dari Dewi Sahoti.

Setelah keputusan diambil, Sanghyang Nurrasa lalu menyerahkan semua pusaka peninggalan Sanghyang Nurcahya kepada Sanghyang Wenang, lalu ia pun menitis dan bersatu jiwa raga dengan putra keduanya itu. Maka, sejak saat itu Sanghyang Wenang menjadi penguasa tertinggi di Kahyangan Pulau Dewa dengan bergelar Sanghyang Jatiwisesa, sedangkan Sanghyang Darmajaka menjadi penguasa Kahyangan Selongkandi dengan bergelar Sanghyang Purbawisesa. Sementara adik mereka, yaitu Sanghyang Taya memakai gelar Sanghyang Pramanawisesa.

Setahun kemudian, Sanghyang Wenang membangun kahyangan baru yang melayang-layang di atas Gunung Tunggal, yang masih di dalam wilayah Pulau Dewa. Bersamaan dengan itu, Dewi Sahoti melahirkan putra pertama yang berwujud Akyan, dengan diliputi cahaya merah, kuning, hitam, dan putih. Sanghyang Wenang memandikan putranya itu dengan Tirtamarta Kamandanu sehingga keempat cahaya pun bersatu ke dalam diri si bayi yang langsung berubah dewasa.
Sanghyang Wenang kemudian memberi nama putra pertamanya itu Sanghyang Tunggal, sesuai nama Kahyangan Gunung Tunggal yang ditempatinya.

Selasa, 06 Desember 2016

Pewayangan jawa (Lahirnya Sang Hyang Nurrasa)

Di Negeri Kusniya Malebari, Adam telah berusia 990 tahun, di sekitarnya telah berkumpul semua anggota keluarga, mulai dari istri, para putra-putri, serta cucu dan cicit. Namun ada seorang yang belum datang, yaitu Anwar putra Sis. Nabi Adam mengetahui kalau Anwar saat ini sedang berkelana di Hutan Ambalah di Tanah Keling, dan berguru kepada Malaikat Ajajil.

Tidak lama kemudian Sayidina Anwar datang dan menyampaikan rasa prihatin atas keadaan sang kakek. Sayidina Sis bertanya apakah benar putranya itu telah berguru kepada Malaikat Ajajil di Hutan Ambalah. Jika memang benar, ia melarang keras Sayidina Anwar berhubungan lagi dengan Malaikat Ajajil.
Sayidina Anwar mengakui dirinya memang telah berkelana sampai ke Hutan Ambalah di Tanah Keling, dan berguru kepada seorang pertapa tua. Pertapa tua itu telah mengajarinya berbagai macam ilmu kesaktian, antara lain kemampuan terbang, menghilang, amblas bumi, menyelam di air, serta berubah wujud. Mengenai Malaikat Ajajil, ia mengaku tidak kenal dan tidak tahu-menahu.
Nabi Adam menjelaskan bahwa pertapa tua itu tidak lain adalah Malaikat Ajajil yang sedang menyamar. Ia berwasiat agar Sayidina Anwar tidak lagi berhubungan dengannya.

Tidak lama kemudian muncul dua malaikat ke Kusniya Malebari. Mereka adalah Malaikat Izrail yang bertugas menjemput roh Nabi Adam, dan Malaikat Jibril yang bertugas menyampaikan keputusan Tuhan untuk menunjuk Sayidina Sis, putra keenam, sebagai nabi menggantikan sang ayah, dan mengangkat Sayidina Kayumaras, putra ketiga belas, sebagai raja Kusniya Malebari yang baru, dengan bergelar Sultan Kayumutu.

Demikianlah, Nabi Adam pun meninggal dunia. Para anggota keluarga serentak memanjatkan doa mengantarkan kepergian rohnya.

Empat puluh hari setelah meninggalnya Nabi Adam, terjadi percakapan antara dua orang putra Nabi Sis, yaitu Sayidina Anwas dan Sayidina Anwar mengenai rahasia kehidupan. Menurut Sayidina Anwas, agama Nabi Adam adalah agama yang paling benar dan harus diikuti tanpa penolakan. Semua kitab peninggalan sang kakek bisa dijadikan petunjuk untuk menjalani kehidupan yang benar, karena isi kitab tersebut berasal dari apa yang diajarkan Tuhan Yang Mahakuasa kepada Nabi Adam. Maka, mencari agama lain adalah suatu perbuatan sia-sia belaka.

Sayidina Anwar tidak setuju. Menurutnya, ilmu Tuhan itu sangat luas tak terbatas dan tidak bisa ditampung hanya dalam kitab-kitab saja. Untuk mempelajari rahasia kehidupan, maka harus mempelajari pula bagaimana alam bekerja. Alam memiliki hukum sebab-akibat yang berjalan sesuai ketentuan Tuhan.

Setelah sampai di perbatasan Kusniya Malebari, Sayidina Anwar bertemu Malaikat Ajajil yang memperkenalkan diri sebagai kakeknya dari pihak ibu. Malaikat Ajajil juga menceritakan bahwa dirinyalah yang dulu menyamar sebagai pertapa tua yang mengajarkan segala macam ilmu kesaktian sewaktu Sayidina Anwar bertapa di Hutan Ambalah di Tanah Keling.

Sayidina Anwar bertanya alasan apa yang membuat Nabi Adam berwasiat agar dirinya tidak lagi berhubungan dengan Malaikat Ajajil. Malaikat Ajajil pun menceritakan latar belakang permasalahan ini. Dulu di Taman Surga, ia adalah pemuka kaum malaikat, bahkan disebut-sebut sebagai makhluk yang paling tekun beribadah kepada Tuhan. Sampai akhirnya Tuhan berkehendak memilih manusia bernama Adam sebagai khalifah di muka bumi. Para malaikat menyampaikan keluhan kepada Tuhan bahwa manusia hanyalah makhluk yang suka berbuat kerusakan. Tuhan lalu mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada Adam sehingga para malaikat pun mengaku kalah. Maka ketika Tuhan memerintahkan kepada para malaikat untuk menyatakan tunduk dan memberikan penghormatan kepada Nabi Adam, mereka pun serentak mematuhi, kecuali Malaikat Ajajil sang pemuka.
Malaikat Ajajil tetap pada pendiriannya, bahwa manusia adalah makhluk yang mudah berubah-ubah hatinya, sehingga tidak layak mendapatkan penghormatan. Karena menolak perintah Tuhan itulah, Malaikat Ajajil pun dikeluarkan dari Taman Surga.

Sayidina Anwar mendengarkan cerita itu dengan seksama, dan merasa pendapat Malaikat Ajajil ada benarnya, namun menentang perintah Tuhan jelas adalah perbuatan yang keliru.
Ia tidak mau terlibat dalam permusuhan antara Nabi Adam dan Malaikat Ajajil karena keduanya adalah sama-sama kakek baginya. Ia hanya ingin bisa hidup abadi seperti kaum malaikat. Malaikat Ajajil berjanji akan membimbing cucunya itu dalam mewujudkan cita-citanya. Sayidina Anwar sangat gembira dan bersedia mematuhi segala nasihatnya. Mereka berdua lalu berangkat menuju ke Kutub Utara untuk mencari sumber keabadian tersebut, yang konon akan memancar dari mustika awan mendung di sana.

Malaikat Ajajil dan Sayidina Anwar akirnya sampai di Tanah Lulmat yang terletak di balik Kutub Utara. Di sana Sayidina Anwar kemudian bertapa memohon kemurahan Tuhan. Setelah sekian lama bertapa melawan hawa dingin, datanglah sekumpulan awan mendung yang berasal dari Lautan Rahmat. Dari awan mendung tersebut memancar keluar air keabadian yang disebut Tirtamarta Kamandanu.
Atas nasihat Malaikat Ajajil, Sayidina Anwar segera mandi dan meminum air keabadian tersebut. Malaikat Ajajil lalu menyerahkan Cupumanik Astagina.
Sayidina Anwar menerima cupumanik itu. Meskipun ukurannya kecil, namun memiliki daya kesaktian mampu menampung semua air keabadian yang dipancarkan awan mendung tersebut sampai habis. Setelah dirasa cukup, keduanya lalu pergi meninggalkan Tanah Lulmat.

Sesampainya di luar Kutub Utara, Malaikat Ajajil pamit pergi meninggalkan Sayidina Anwar yang kemudian melanjutkan perjalanan sendiri. Di tengah jalan, Sayidina Anwar menemukan pohon ajaib yang tidak memiliki daun sama sekali, tapi bisa hidup sehat. Suara hatinya berkata bahwa akar pohon gundul tersebut bernama Oyod Mimang, merupakan pusaka yang sangat ampuh.
Sayidina Anwar lalu mengambil Oyod Mimang itu dan menjadikannya sebagai pusaka yang diberi nama Lata Mahosadi. Keampuhan akar pohon ini adalah dapat digunakan untuk menyembuhkan segala macam penyakit, bahkan bisa menghidupkan orang mati.
Akan tetapi, karena menyimpan Lata Mahosadi tanpa persiapan, tiba-tiba pikiran Sayidina Anwar menjadi bingung. Ia tidak tahu ke mana arah jalan pulang menuju Kusniya Malebari. Maka, ia pun berjalan secara serabutan dan akhirnya terlunta-lunta selama ribuan tahun.

Sesampainya di Laut Hitam, Sayidina Anwar menyaksikan pemandangan aneh. Ia melihat dua orang manusia tergantung-gantung di angkasa, di atas laut. Sayidina Anwar bertanya, dan kedua orang itu mengaku bernama Malaikat Harut dan Malaikat Marut.
Kedua malaikat tersebut dulu pernah menyampaikan keluhan kepada Tuhan, bahwa keputusan Tuhan mengangkat manusia sebagai khalifah di bumi adalah keliru. Banyak sekali keturunan Nabi Adam yang berbuat kerusakan dan menuruti hawa nafsu. Jika yang menjadi khalifah adalah bangsa malaikat, tentu bumi akan lebih makmur.
Kedua malaikat juga berkata, jika mereka memiliki hawa nafsu seperti manusia, pasti mereka tetap bisa mengendalikannya dan tidak mungkin terjerumus ke dalam kejahatan.

Tuhan lalu memberikan ujian dengan cara mengisi mereka berdua dengan hawa nafsu dan menurunkannya ke bumi. Ternyata pada akhirnya mereka gagal juga menjalani ujian tersebut karena terlena oleh pujian sehingga mengajarkan ilmu sihir kepada umat manusia dengan sesuka hati. Kini, Malaikat Harut dan Malaikat Marut harus menjalani hukuman dengan tergantung-gantung di atas Laut Hitam.

Sayidina Anwar sangat tertarik dan ingin menjadi murid mereka. Kedua malaikat lalu mengajarinya berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti ilmu perbintangan, ilmu bumi, ilmu kebijaksanaan, serta ilmu berbicara dengan berbagai jenis makhluk hidup.
Sayidina Anwar sangat bersyukur. Ia merasa tidak perlu lagi kembali ke Negeri Kusniya Malebari karena semua anggota keluarga yang dikenalnya pasti sudah meninggal dunia.

Sayidina Anwar yang lalu mengikuti petunjuk kedua gurunya, mendatangi Sungai Nil dan berjalan menyusuri sungai terpanjang di dunia tersebut. Dalam perjalanannya itu ia bertemu paman dan bibinya yang bernama Sayidina Lata dan Siti Ujwa, putra-putri Nabi Adam dan Siti Hawa nomor lima belas.
Sayidina Anwar sangat terkejut melihat paman dan bibinya itu masih hidup. Ternyata mereka berdua dulu kabur dari Kusniya Malebari karena tidak bersedia dinikahkan dengan saudara yang lain, sebagaimana yang pernah dikeluhkan Sayidina Kabil. Mereka memilih mencari jalan kehidupan sendiri, sehingga akhirnya menemukan cara agar bisa tetap awet muda.

Sayidina Anwar kemudian berguru kepada paman dan bibinya tersebut, dan ia memperoleh ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara melihat masa depan. Setelah dirasa cukup, Sayidina Anwar lalu melanjutkan perjalanan menuju hulu Sungai Nil.

Sayidina Anwar telah sampai di hulu Sungai Nil yang berupa rawa-rawa sangat luas bernama Rawa Jambirijahiri.
Sayidina Anwar melihat air yang mengisi rawa-rawa tersebut ternyata bersumber dari mata air di Gunung Kapsi. Maka ia pun melanjutkan perjalanan mendaki gunung tersebut. Di puncak gunung, ia bertemu seorang kakek tua yang mengaku sebagai penguasa Surga dan Neraka.

Kakek tua itu tidak lain adalah Malaikat Ajajil yang sedang menyamar. Ia mengatakan bahwa Sayidina Anwar yang berhati tulus dalam mematuhi petunjuk kedua gurunya, berhak menerima anugerah Tuhan berupa Permata Retnadumilah. Melalui permata tersebut, Sayidina Anwar dapat menyaksikan keindahan Surga dan kengerian Neraka.
Si kakek tua lalu mengajarkan berbagai macam ilmu baru kepada Sayidina Anwar, antara lain ilmu panitisan atau bersatu dengan makhluk lain, ilmu memasuki alam kematian, dan ilmu memutarbalikkan waktu. Setelah selesai, kakek tua itu memerintahkan kepada Sayidina Anwar untuk bertapa ke Pulau Lakdewa yang terletak di Samudera Hindia. Sayidina Anwar pun mohon pamit dan berangkat.

Sayidina Anwar telah sampai di Pulau Lakdewa dan bertapa di puncak sebuah gunung. Ia bertapa dengan cara menatap jalannya Matahari. Jika pagi hari wajahnya menghadap ke timur, jika siang hari wajahnya menghadap ke atas, dan jika sore hari wajahnya menghadap ke barat, kemudian jika malam hari ia berendam di air.
Setelah tujuh tahun bertapa seperti itu dengan sabar dan tekun, Sayidina Anwar pun menjadi makhluk halus yang berbadan rohani, tinggal di alam Sunyaruri, yaitu alam para jin. Di alam itu tiada barat, tiada timur, tiada utara, tiada selatan, tiada atas, tiada bawah. Terang tanpa siang, gelap tanpa malam. Ruang dan waktu menjadi satu, sudah musnah semua tiada nama, dan segalanya berada dalam rengkuhan Tuhan Yang Mahakuasa.

Tersebutlah raja jin di Pulau Maladewa bernama Prabu Nurhadi, yang masih keturunan Jan Banujan, leluhur para jin di dunia. Ia memerintah didampingi saudaranya yang bernama Patih Amir. Pada suatu hari, putri tunggal Prabu Nurhadi yang bernama Dewi Nurrini bermimpi didatangi seorang kakek tua yang memberi tahu bahwa jodohnya yang bernama Sayidina Anwar sudah dekat, dan saat ini bertapa di sebuah gua. Kakek tua itu mengabarkan bahwa perkawinan Dewi Nurrini dengan Sayidina Anwar kelak akan menurunkan raja-raja Tanah Hindustan dan Tanah Jawa.
Dewi Nurrini menceritakan apa yang dialaminya kepada sang ayah. Prabu Nurhadi lalu mengutus Patih Amir untuk pergi menyelidiki laki-laki yang digambarkan sang putri dalam mimpinya.

Perjalanan Patih Amir akhirnya sampai di Pulau Lakdewa dan ia menemukan seorang laki-laki di dalam gua yang tubuhnya bercahaya tapi tidak menyilaukan, seperti sinar bulan purnama. Setelah berkenalan dan mengetahui bahwa laki-laki itu bernama Sayidina Anwar seperti yang ia cari, Patih Amir pun mengajaknya pergi ke Pulau Maladewa untuk bertemu Prabu Nurhadi dan Dewi Nurrini.

Prabu Nurhadi menerima kedatangan Sayidina Anwar dan Patih Amir. Dilihatnya sosok Sayidina Anwar ternyata berwajah tampan dan tubuhnya bercahaya seperti bulan purnama, membuat hatinya sangat berkenan. Dewi Nurrini juga yakin kalau Sayidina Anwar ini sesuai dengan petunjuk yang diberikan si kakek tua dalam mimpi. Maka pernikahan di antara mereka pun dilangsungkan di Pulau Maladewa, dan Sayidina Anwar berganti nama menjadi Sanghyang Nurcahya.

Singkat cerita, Dewi Nurrini telah mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Sanghyang Nurrasa. Prabu Nurhadi merasa sudah tiba saatnya untuk mengundurkan diri dari takhta Kerajaan Maladewa, dan menyerahkannya kepada sang menantu. Maka sejak saat itu, Sanghyang Nurcahya menjadi pemimpin Kerajaan Maladewa, yang namanya kemudian diganti menjadi Kahyangan Pulau Dewa.

-bersambung-

Cerita wayang jawa (Lahirnya Sang Hyang Nurcahya)

Kisah ini Diambil dari kitab Paramayoga karangan Rangga Warsito.

Konon Sang Hyang Ad-hama (Adam) setelah mendapat pengampunan dari Tuhan lalu menjadi pemimpin di negara Kusniya malebari merajai hewan-hewan. Yang dimakan hanya yg keluar dari mujizat  yang berasal dari doa. Negara Kusniya malebari ada di tanah Asia sebelah barat laut, di sebelah barat laut Kaspi, sebelah selatan gunung Kaukasus, timur laut Turki.

Sang Hyang Addama memiliki anak-anak kembar. Adam berkehendak menjodohkan anak-anak kembar dampitnya dengan cara silang. Namun Sang Hyang Heva (Hawa) isterinya, menentang dan ingin menjodohkan anak kembar dampitnya dengan pasangan masing-masing. Alasannya sudah merupakan ketentuan takdir dijodohkan sejak dalam kandungan. Dari silang sengketa antara Adam dan Hawa tersebut kemudian sama-sama mengeluarkan daya hidup (rahsa)
Rahsa tersebut kemudian ditempatkan dalam cupumanik. Rahsa yang berasal dari  Nabi Adam berubah menjadi  bayi namun hanya tubuh yang belum bernyawa. Kemudian cahaya kenabian yang ada di badan Nabi Adam berpindah ke dalam tubuh bayi hingga dapat hidup sempurna. Adam menamakan bayi itu Sang Hyang Sita (Nabi Sis) sedangkan benih Siti Hawa tidak berubah. Karena itulah, Siti Hawa mengaku pasrah dan menyerahkan keputusan tentang tata cara pernikahan putra-putri supaya dijalankan sesuai pendapat Nabi Adam.
Tiba-tiba datang badai (angin ribut) yang ikut menerbangkan cupu tempat bayi hingga jatuh di tengah Samudera Hijau dan diterima malaikat Ngazazil.

Di Negeri Kusniya Malebari, Nabi Adam bersama para putra sedang membicarakan sang istri, yaitu Siti Hawa, yang kali ini sedang mengandung untuk ketiga belas kalinya. Yang membuat heran adalah Siti Hawa mengidam ingin memakan buah-buahan dari Taman Surga.

Dalam pembicaraan itu Sayidina Kabil sang putra sulung juga menyampaikan keluhan yang selama ini dipendam dalam hati, yaitu tentang peraturan Nabi Adam dalam menikahkan putra-putrinya. Sayidina Kabil lahir bersama Siti Aklimah, sedangkan Sayidina Habil lahir bersama Siti Damimah. Namun, Sayidina Kabil yang berwajah tampan ternyata dinikahkan dengan Siti Damimah yang berwajah jelek, sedangkan Sayidina Habil yang berwajah jelek ternyata dinikahkan dengan Siti Aklimah yang berwajah cantik. Selama ini Sayidina Kabil selalu memendam kekecewaaan dalam hati, namun sekarang ia tidak tahan lagi dan menyampaikan rasa kesalnya itu kepada sang ayah.

Nabi Adam menjelaskan bahwa peraturan tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa Sayidina Kabil dan Siti Aklimah lahir bersama, maka mereka berasal dari satu benih yang sama, sehingga tidak baik jika dinikahkan. Sayidina Kabil kecewa dengan jawaban sang ayah. Ia lalu pamit undur diri meninggalkan pertemuan.

Adam berusaha menenangkan perasaan istrinya, dan menganggap keluhan Sayidina Kabil tadi adalah ujian rumah tangga belaka. Maka ia pun mengajak Siti Hawa untuk lebih menguatkan iman dan senantiasa berserah diri kepada Tuhan Yang Mahakuasa, semoga apa pun yang akan terjadi bisa mendatangkan kebaikan bagi umat manusia.

Sayidina Habil memerintahkan empat orang adiknya, yaitu Sayidina Israil, Sayidina Israwan, Sayidina Basradiwan, dan Sayidina Yasis untuk mengantarkan keberangkatan Sayidina Sis dalam mewujudkan idaman sang ibu.
Sesampainya di tepi hutan, Sayidina Sis berpisah dengan keempat saudaranya untuk melanjutkan perjalanan seorang diri.

Seorang diri Sayidina Sis memasuki hutan belantara untuk kemudian bertafakur meminta izin Tuhan Yang Mahakuasa supaya bisa mendapatkan buah-buahan Taman Surga. Setelah empat puluh hari bertafakur mengheningkan cipta, Malaikat Jibril pun datang menyampaikan perintah Tuhan, bahwa Sayidina Sis diizinkan naik ke Taman Surga untuk memetik buah-buahan yang menjadi idaman ibunya.

Di dalam Taman Surga, Malaikat Jibril mengantarkan Sayidina Sis memetik buah-buahan yang diinginkan Siti Hawa. Setelah dirasa cukup, Malaikat Jibril kemudian menyampaikan keputusan Tuhan yang kedua, yaitu menikahkan Sayidina Sis dengan seorang bidadari bernama Dewi Mulat. Malaikat Jibril menyampaikan kehendak Tuhan bahwa kelak Sayidina Sis akan menurunkan manusia-manusia utama, dan sebagian di antaranya akan menjadi nabi dan raja. Maka itu, yang menjadi istri Sayidina Sis haruslah wanita utama pula.

Sayidina Sis sangat bersyukur. Ia kemudian membawa Dewi Mulat turun ke dunia dan membangun rumah tangga di Kusniya Malebari. Buah-buahan dari Taman Surga pun dipersembahkan kepada Siti Hawa yang menerimanya dengan suka cita.
Setelah tiba saatnya, Siti Hawa pun melahirkan sepasang putra-putri seperti biasa. Nabi Adam memberi nama putra putrinya itu, masing-masing Sayidina Kayumaras dan Siti Indunmaras.

Pada suatu hari, Sayidina Kabil datang menemui Sayidina Habil di rumahnya untuk meminta supaya Siti Aklimah diceraikan dan diserahkan kepadanya. Sayidina Habil sebenarnya sangat menyayangi kakak sulungnya, namun ia juga tidak berani melanggar keputusan sang ayah. Merasa tersinggung, Sayidina Kabil menantang Sayidina Habil untuk mengadakan kurban. Barangsiapa yang diterima sesajinya maka dialah yang berhak memperistri Siti Aklimah. Sayidina Habil bersedia menuruti tantangan itu dengan harapan sang kakak bisa mendapatkan petunjuk Tuhan supaya sadar.

Maka, kedua bersaudara itu lantas mempersiapkan sesaji masing-masing. Karena Sayidina Kabil seorang petani, maka kurban yang ia sajikan pun berwujud hasil bumi, seperti buah-buahan dan palawija. Namun karena ia bersifat kikir, maka yang dipilih adalah buah-buahan dan palawija yang buruk, sedangkan yang baik disisihkan untuk dijual dan dipakai sendiri. Sementara itu Sayidina Habil seorang peternak, maka ia pun mengurbankan hewan-hewan peliharaannya. Karena ia bersifat murah hati dan penuh iman, maka yang dipilihnya sebagai sesaji adalah hewan-hewan yang terbaik pula.
Tuhan Yang Mahakuasa kemudian mengirim api dari langit untuk membakar sesaji yang dipersembahkan Sayidina Habil, sebagai pertanda bahwa kurbannya telah diterima.

Sayidina Kabil sangat kesal dan bertambah iri. Karena kedengkian dan kecemburuannya sudah memuncak, ia pun mengambil sebongkah batu dan memukul kepala Sayidina Habil hingga pecah.
Melihat adiknya mati, Sayidina Kabil menjadi kebingungan bercampur sedih. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Tiba-tiba terlihat olehnya dua ekor burung gagak sedang berkelahi. Gagak yang menang kemudian mengubur bangkai gagak yang mati di dalam tanah. Merasa mendapatkan petunjuk, Sayidina Kabil pun menguburkan mayat Sayidina Habil seperti gagak itu.

Sayidina Kabil kemudian menemui Siti Aklimah untuk menikahinya. Siti Aklimah menolak karena takut melanggar perintah sang ayah. Sayidina Kabil tidak peduli, dan ia pun memukul Siti Aklimah sampai pingsan, kemudian membawanya lari meninggalkan Negeri Kusniya Malebari sejauh-jauhnya.

Malaikat Ajajil dulu diusir dari Taman Surga karena menolak perintah Tuhan Yang Mahakuasa untuk bersujud memberikan penghormatan kepada Nabi Adam. Kini ia mendengar kehendak Tuhan bahwa keturunan Sayidina Sis akan menjadi manusia-manusia utama. Maka, ia pun bertafakur memohon kepada Tuhan supaya diizinkan memiliki seorang putri. Ia berharap melalui putrinya itu bisa lahir keturunan Sayidina Sis yang bisa menjadi raja dan penguasa umat manusia.
Tuhan Yang Mahaadil pun mengabulkan permohonan Malaikat Ajajil. Atas kehendak-Nya, dari sebagian tubuh Malaikat Ajajil tercipta seorang perempuan yang berwajah sama persis dengan Dewi Mulat, yang kemudian diberi nama Dewi Dlajah.

Malaikat Ajajil lalu membawa putrinya itu ke Negeri Kusniya Malebari supaya bisa mengandung benih Sayidina Sis.
Malaikat Ajajil memasuki rumah Sayidina Sis secara diam-diam dan menculik Dewi Mulat untuk ditukar dengan Dewi Dlajah. Beberapa hari kemudian, setelah mengetahui Dewi Dlajah telah disetubuhi Sayidina Sis yang tidak bisa membedakan istrinya, Malaikat Ajajil pun mengembalikan Dewi Mulat dan membawa pulang Dewi Dlajah.

Sembilan bulan kemudian, Dewi Dlajah melahirkan bersamaan dengan terbenamnya matahari. Namun anehnya, anak yang lahir itu berwujud segumpal darah yang berkilauan. Malaikat Ajajil mengambil darah tersebut lalu membawanya pergi ke Negeri Kusniya Malebari.
Sementara itu pada hari yang sama, Dewi Mulat lebih dulu melahirkan bersamaan dengan terbitnya matahari. Yang dilahirkannya adalah dua orang anak. Anak yang satu berwujud bayi normal, sedangkan yang satunya berwujud seberkas cahaya.

Malaikat Ajajil datang secara gaib lalu menangkap seberkas cahaya tersebut dan disatukannya dengan darah berkilauan yang ia bawa dari Dewi Dlajah. Atas kehendak Tuhan, persatuan tersebut menciptakan seorang bayi laki-laki, namun tubuhnya tidak bisa diraba dan selalu memancarkan cahaya seperti sinar rembulan.
Nabi Adam datang dan memberi nama kedua cucunya tersebut. Yang berwujud bayi normal diberi nama Sayidina Anwas, sedangkan yang berwujud bayi bercahaya diberi nama Sayidina Anwar (Sang Hyang Nurcahya)

-bersambung-

Rabu, 30 November 2016

Mimpi tentang penciptaan dunia

Didalam mimpiku
Dahulu alam semesta adalah kosong tidak ada yang berbentuk, disana tersembunyi porak poranda penyusun alam semesta.
Lalu ada sebuah pusaran energi yang berpilin, berputar menyebabkan terjadinya panas yang membuat adanya api, material, dan eter. Dalam pusaran ini api ether dan material ini memisahkan diri jadilah benda angkasa, bintang dan planet-planetnya jadilah galaksi-  galaksi.
Selanjutnya tidak diceritakan.

Lama kemudian, saat itu dalam tata surya purba, bumi masih panas, ukuran bumi adalah dua kali besarnya dari saat ini. Sebuah planet dari galaksi yang lain terlepas dan meluncur menuju bumi, menyerempet bumi. Mengakibatkan hancurknya separuh bumi, bagian yang hancur berkeping keping menjadi debu kosmos dan yang terbesar menjadi bulan. Bagian planet yang menabrak menyatu dengan bumi  dan  sebagian  terlepas menjadi planet yang lebih kecil dari asalnya dan menjauhi bumi.

Setelah tabrakan itu bagian atas bumi perlahan menjadi dingin menciptakan kabut gas yang menutupi cahaya matahari. Kabut itu sebagian menggumpal menutupi bumi dan menjadi laut yang meliputi bumi.
Tidak ada benua yang luas, tidak ada daratan yang ada  hanyalah pulau pulau kecil yang tersebar berada di bawah permukaan laut. Lalu akibat bumi yang  berputar menarik air ke ujung ujungnya dan pulau pulau mulai menyembul di atas permukaan laut.

Pada saat inilah kisah dimulai.
Sebuah koloni asing dari galaxi yang jauh datang ke bumi. Dengan tehnologi yang mereka punyai mereka berhasil menghilangkan kabut yang menyelimuti bumi dan jadilah atmosfir.
Bentuk alien itu mirip dengan manusia. Bersama mereka adalah alien lain yang dibuat dari percobaan untuk melayani mereka. berbentuk macam macam, seperti manusia tapi bersayap, ada yang mukanya mirip binatang, mirip burung dsb.
Saat itu, pulau pulau dibumi sangat tidak stabil, seperti kapal pulau pulau itu hanyut secara perlahan di laut. Alien menggabungkan pulau- pulau kecil itu menjadi satu dan jadilah benua-benua di bumi.

Mereka menaburkan benih benih kehidupan berupa sel2 tunggal di laut dan lambat laun berevolusi dan terus melakukan percobaan dan akhirnya tanaman tumbuh di daratan. Pada saat ini posisi edar bulan masih belum stabil sehingga mereka akhirnya berhasil membuat bulan menjadi satelit bumi.

Dari laut juga munculnya hewan yang pertama dan terus dilakukan rekayasa genetika sampai ada hewan yang bisa hidup di darat.
Hasil percobaan ini tidak semua berhasil. Yang dianggap gagal pada akhirnya dihancurkan, misalnya dinosaurus.

Dari hewan hewan didarat sejenis primata menjadi salah satu menjadi bahan percobaan sampai akhirnya menjadi sejenis manusia purba. Para alien ini masih tidak puas, pesawat luar angkasanya mendarat di daerah irak dan akhirnya dinamakan edin. Pesawat ini disamarkan dan diisi dengan berbagai hewan dan tumbuhan percobaan mereka.
Salah satu manusia purba ini direkayasa lagi. 
Alien merencanakan penciptaan manusia sempurna pertama menurut citra mereka dan menyempurnakan ciptaan prototype sebelumnya (manusia-manusia purba) juga spesies-spesies sebelum penghancuran. Ciptaan inilah yang disebut adam. Dan dari dna Adam inilah akhirnya diciptakan Hawa.
Mulai saat inilah para alien ini bermain "Tuhan-Tuhanan"

Mereka disebut elohim/annunaki/devata yang artinya dari langit ke bumi (dalam arti jamak,bukan hanya satu, jadi devata artinya para dewa.

Saat itu evolusi planet venus belum stabil sehingga beberapa kali planet venus hampir "mencium bumi" menyebabkkan bencana banjir, gunung meletus dsb. Karena itulah bintang fajar ini dianggap keindahan yang menakutkan.

Setidaknya ada sebelas kali penghancuran ciptaan ini

600 juta tahun yang lalu. kehidupan kompleks mulai mengambil bentuk untuk pertama kalinya di Bumi. Bakteri micro berkembang menjadi Eukariota yang lebih kompleks dan khusus, beberapa yang dikelompokkan bersama-sama untuk meningkatkan kesempatan mereka untuk menemukan makanan dan menghindari dimangsa. Dipunahkan.


500 juta tahun yang lalu kehidupan kembali berkembang, kehidupan yang sebelum pemusnahan tidak berkembang selama jutaan tahun tiba tiba muncul lagi dan berkembang menjadi bentuk-bentuk baru. Kerang dan arthropoda air raksasa, mirip dengan serangga, mengisi lautan.sampai akhirnya  lebih dari 40% dari semua spesies dipunakan.

450 juta tahun yang lalu, lebih dari 60% dari kehidupan dimusnahkan melalui ledakan yang menimbulkan zaman es yang terjadi dengan cepat.


400 juta tahun yang lalu, terjadi perubahan iklim mendadak yang menyebabkan kepunahan 30% dari semua spesies dipunahkan.


350 juta tahun yang lalu. Ikan tertentu berevolusi dengan sirip kokoh. Di laut, terumbu karang yang luas dipenuhi dengan ikan dan hiu. Tanaman darat berevolusi benih dan beragam. Tanaman darat lebih kompleks dikembangkan. Jamur yang tumbuh se-tinggi 8 m, 75% dari semua kehidupan menakjubkan ini mati.


300 juta tahun yang lalu. hewan darat mengembangkan telur terestrial, yang memungkinkan mereka untuk hidup hampir di mana saja di darat bukannya terbatas pada pantai di mana mereka bisa bertelur. Serangga bersayap muncul dan makmur. Pohon raksasa muncul dan hutan hujan yang luas menutupi sebagian besar tanah.Hampir 10% dari semua spesies di Bumi menghilang saat itu.Pohon-pohon membusuk, kental.


250 juta tahun yang lalu hewan yang bertahan hidup di darat adalah mereka yang meletakkan telur. berbagai macam reptil yaitu reptil yang mirip mamalia dan juga nenek moyang dari mamalia. Lainnya, 90% kehidupan didarat lainnya dimusnahkan.

200 juta tahun yang lalu, reptil menguasai daratan. Dinosaurus hanya sebesar kuda dan kambing. 65% dimusnahkan, terutama hewan darat yang berukuran besar.


150 juta tahun yang lalu, era dinosaurus raksasa. 20% dari semua dinosaurus dihilangkan.


65 juta tahun yang lalu. 70% mahluk darat dihilangkan. Dinosaurus kecil selamat dan mempunyai bulu, berubah menjadi burung. Mamalia berkembang di daratan. Manusia purba muncul.

10 ribu tahun yang lalu banjir mengakhiri jaman es. manusia purba dan hewan purba sebagian musnah. Banyak pulau tenggelam dan menjadi terpisah karena dibelah air. 

Manusia dibuang  keseluruh bumi. terjadi perkawinan antara manusia dan manusia purba yang selamat, yang mengakibatkan perbedaan ras. Saat itu manusia purba secara fisik jauh lebih kuat sehingga manusia memilih mengawini manusia purba. Semua manusia sekarang adalah percampuran  dengan manusia purba. pengetahuan lenyap dan kembali ke era manusia purba.  Banyak jasad mahluk meleleh tidak meninggalkan tulang. Bangunan runtuh.

Kini para alien inipun masih ada, dan masih mengawasi hasil percobaan mereka yang disebut manusia. Dan kadang salah satu dari elohim ini turun ke bumi untuk mengajarkan manusia. Bukan hanya moral tapi juga tehnologi.

Senin, 28 November 2016

Count St. Germain (Comte Saint Germaine)

pernah ada seseorang yang mengaku bernama Count St.Germain.

-1743 muncul di kota london yang mengenalnya mengatakan ia sorang ahli music, kedokteran dan sejarah.

-1745 ditangkap di kota london karena dicurigai mata-mata tapi akhirnya dibebaskan karena tidak terbukti, tapi anehnya tidak pernah ada catatan tentang dia sebelum tahun 1743.

-1746 ia menghilang begitu saja dari publik.

-1758, ia muncul kembali di Versailles, Perancis. Pada tahun-tahun itu, ia berhasil masuk ke lingkungan istana dan menjadi teman dekat raja Louis XV. Ia juga sering memberikan nasihat mengenai pola makan yang sehat dan kadang memberikan ramuan awet muda kepada keluarga kerajaan. Kepada beberapa orang yang mengenalnya, ia mengaku telah berusia ratusan tahun walaupun secara fisik ia masih terlihat seperti seorang pria berusia 40 tahun. Di Perancis, juga terungkap kalau ia menguasai banyak bahasa dan memiliki pengetahuan yang sangat luas mengenai sejarah. Pengaruh yang diciptakannya di Perancis cukup besar sehingga filsuf besar Voltaire pernah mengatakan kalau Count St.Germain adalah "pria yang tahu segalanya dan tidak pernah mati."

-1760, ia meninggalkan Perancis menuju Inggris karena salah seorang pejabat kerajaan Perancis bernama Duke of Choiseul yang iri melihat kedekatannya dengan raja memerintahkan penangkapannya dengan tuduhan penipuan.
Dari Inggris, ia pergi ke Rusia dan berdiam sementara di St.Petersburg. Kebetulan, pada saat yang sama, militer Rusia melakukan kudeta terhadap raja dan menempatkan Catherine the Great sebagai ratu. Ini membuat banyak orang percaya kalau ia sebenarnya memiliki andil dalam peristiwa itu.

-1761 ia muncul di Belgia, membeli sebidang tanah dan hidup dengan nama alias "Surmont". Kemudian, ia menawarkan metode pewarnaan kain dan ramuan minyaknya kepada pihak kerajaan. Dalam proses penawaran ini, ia bertemu dengan salah seorang menteri Belgia bernama Karl Cobenz.setelah itu ia menghilang

-1774, ia muncul kembali di Bavaria dengan menggunakan gelar Count of Tsarogy. Di sini ia berjumpa dengan salah satu bangsawan Bavaria bernama Freherr Reinhard Gemmingen.

-1776 ia muncul di Jerman dan menyebut dirinya sebagai Count Welldone dan sekali lagi menawarkan resep-resep kosmetik, anggur, minuman, pengobatan tulang, kertas dan gading kepada kerajaan. Pernah suatu hari, Count berkata kepada sekumpulan teman-temannya: "Siapa di antara kalian yang pernah melihat saya makan?"
Tidak ada satupun yang mengangkat tangan. Mereka memang sering melihat Count duduk di meja makan bersama teman-temannya, namun mereka mengakui kalau Count tidak pernah menyentuh makanan yang tersaji.
Dalam kesempatan yang lain, Count sedang duduk di sebuah meja bersama teman-temannya sambil menceritakan sejarah dunia ratusan tahun yang lampau. Untuk sesaat, ia terdiam, lalu menoleh kepada pelayannya sambil bertanya: "Adakah yang saya lewatkan?"
Tanpa diduga, pelayan itu berkata: "Tuan, anda lupa kalau saya baru tinggal bersama anda selama 500 tahun sehingga saya tidak hadir pada saat peristiwa itu. Mungkin pendahulu saya yang mengetahuinya."

-1784 Pada tanggal 27 Februari, Count St.Germain sedang berada di kastilnya di Eckenform ketika ia disebut menderita pneumonia dan meninggal dunia. Kematiannya disaksikan secara langsung oleh dokter yang merawatnya. Tetapi tidak pernah ditemukan makamnya.

-1785, terdengar kabar Freemasonry cabang Perancis telah memilih dia sebagai perwakilan mereka di sebuah konvensi yang diadakan pada tahun itu bersama dengan Mesmer, Saint-Martin dan Cagliostro

-1789, St.Germain disebut muncul di istana Rusia dan disambut sang ratu sendiri.

-1789, 5 tahun setelah kematiannya, Comtesse d'Adhemar mengaku berjumpa dengannya dan mengalami percakapan yang cukup panjang di Gereja Recollets.
Pada Comtesse, ia memberikan ramalannya kalau ratu Marie Antoinette akan tewas dengan mengenaskan dan keluarga kerajaan akan hancur berantakan. Setelah itu berkata kalau ia akan pergi ke Swedia untuk menyelidiki raja Gustavius III dan mencoba untuk mencegah terjadinya sebuah kejahatan besar.

-1790, Franz Graeffer, seorang temannya yang berkebangsaan Austria mengaku menerima sebuah surat dari Count yang berbunyi:
"Besok malam, aku akan pergi lagi. Aku dibutuhkan di Konstantinopel, lalu aku akan ke Inggris untuk mempersiapkan dua penemuan yang akan kalian miliki di abad berikutnya. Pada akhir abad ini, aku akan menghilang dari Eropa dan pergi menyepi ke Himalaya. Aku akan berisitirahat, aku harus beristirahat."

-1820, seseorang bernama Mayor Fraser menerbitkan sebuah buku yang menceritakan mengenai perjalanannya ke Himalaya dimana ia berhasil mencapai Gangotri, yaitu sumber paling suci dari sungai Ganga dan mandi di sana. Ini sesuai dengan surat Count yang ditulis untuk sahabatnya. Jadi, banyak yang percaya kalau Mayor Fraser sesungguhnya adalah Count sendiri.

-1821, Comtesse d'Adhemar menulis: "Setiap kali aku melihatnya, aku selalu takjub. Aku berjumpa dengannya ketika ratu dibunuh pada tanggal 18 di Brumaire dan aku kembali berjumpa dengannya satu hari setelah kematian duke of d'Enghien pada Januari 1815 dan juga sekali lagi pada malam kematian Duke de Berry."
Pada tahun 1821 itu, Mademoiselle de Genlis juga mengaku berjumpa dengan St.Germain selama negosiasi di Winna. Kesaksian ini diteguhkan oleh Comte de Chalons. 1821itu juga seorang penulis Inggris bernama Albert Vandam mengatakan kalau ia pernah berjumpa dengan seorang pria misterius yang mirip dengan Comte de Saint Germain.
"Ia menyebut dirinya Mayor Fraser. Ia hidup sendiri dan kaya raya. Ia juga memiliki pengetahuan luas mengenai Eropa dan dalam beberapa kesempatan, ia berkata kalau ia mengenal Nero dan telah berbicara dengan Dante."

-1835, Count disebut muncul lagi di Paris, lalu di Milan tahun 1867 dan di Mesir pada tahun-tahun berikutnya. Napoleon bahkan disebut pernah bertemu dengan dirinya dan masih menyimpan catatan mengenainya.

-1896 salah seorang pemimpin Teosofi bernama Annie Besant mengklaim kalau ia bertemu St.Germain pada tahun 1896 dimana sang guru mengajarkan kepadanya berbagai hikmat.

-1926 Anggota Teosofi lainnya bernama CW.Leadbeater juga mengklaim bertemu dengan St.Germain di Roma tahun 1926. Leadbeater mengatakan kalau saat itu, St Germain menunjukkan kepadanya sebuah jubah yang pernah dipakai salah seorang kaisar romawi.

Setelah itu ia kembali menghilang dari publik.
Semua saksi mengatakan penampilannya tidak berubah, terlihat berumur 30-40 tahun.
siapakah sebenarnya dia?

Minggu, 27 November 2016

About the truth is.... Hurt

Manusia tidak dapat menanggung terlalu banyak kenyataan
manusia akan cenderung terperosok ke dalam sikap pesimis dan mengalami rasa sakit atau menolak kebenaran bila fantasi2 kita dibukakan dan kaca mata indah kita dilepas.
About the truth is hurt.
Kebenaran itu menyakitkan karena itulah banyak diantara kita meskipun telah mengetahui kebenaran tetap memilih untuk mempercayai kebohongan karena kebohongan demi kebohongan yang terlanjur kita ketahui itu membuat kita nyaman.

Yesus menonton pertandingan sepak bola


Yesus Kristus berkata bahwa Ia belum pernah menyaksikan pertandingan sepakbola. Maka kami, aku dan teman-temanku, mengajakNya menonton. Sebuah pertandingan sengit berlangsung antara kesebelasan Protestan dan kesebelasan Katolik.

Kesebelasan Katolik memasukkan bola terlebih dahulu. Yesus bersorak gembira dan melemparkan topinya tinggi-tinggi. Lalu ganti kesebelasan Protestan yang mencetak goal. Dan yesus bersorak gembira serta melemparkan topinya tinggi-tinggi lagi.
Hal ini rupanya membingungkan orang yang duduk di belakang kami. Orang itu menepuk pundak yesus dan bertanya: "Saudara berteriak untuk pihak yang mana?"
'Saya?' jawab yesus, yang rupanya saat itu sedang terpesona oleh permainan itu. "Oh, saya tidak bersorak bagi salah satu pihak, Saya hanya senang menikmati permainan ini."
Penanya itu berpaling kepada temannya dan mencemooh yesus: "Ateis!"

Sewaktu pulang, yesus kami beritahu tentang situasi agama di dunia dewasa ini. "Orang-orang beragama itu aneh, Tuhan," kata kami. "Mereka selalu mengira, bahwa Allah ada di pihak mereka dan melawan orang-orang yang ada di pihak lain."
Yesus mengangguk setuju. "Itulah sebabnya Aku tidak mendukung agama; Aku mendukung orang-orangnya," katanya. "Orang lebih penting daripada agama. Manusia lebih penting daripada hari Sabat."
"Tuhan, berhati-hatilah dengan kata-kataMu," kata salah seorang di antara kami dengan was-was. "Engkau pernah disalibkan karena mengucapkan kata-kata serupa itu."
"Ya --dan justru hal itu dilakukan oleh orang-orang beragama," kata Yesus sambil tersenyum pahit.

(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994).

Sabtu, 26 November 2016

Saparan bekakak, tradisi penyembelihan pengantin


Saparan Bekakak adalah sebuah acara berupa kirab budaya yang rutin diselenggarakan setiap tahun oleh masyarakat di Ambarketawang, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sesuai namanya sapar (syafar) acara ini dilakukan tiap bulan sapar.

Pelaksanaan Saparan Bekakak ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu midodareni pengantin bekakak, kirab bekakak, penyembelihan pengantin bekakak, dan sugengan ageng. Pembuatan pengantin bekakak dilakukan dua hari sebelum acara. Wanita menyiapkan bahan-bahan mentah dan pria membuat boneka pengantin dari tepung ketan dan cairan gula jawa yang dibuat semirip mungkin dengan manusia.

Pada saat upacara, pengantin bekakak diarak menuju Gunung Gamping untuk disembelih di sana. Kemudian melakukan penyebaran gunungan dan potongan tubuh bekakak. Satu hal yang unik adalah adanya sekelompok anak-anak berjumlah 50 orang yang berperan sebagai anak genderuwo pada upacara ini. Anak-anak tersebut menjadi simbol dedemit yang sedang bersukaria mendapat korban sepasang pengantin.

Dikisahkan bahwa setelah Keraton Yogyakarta selesai dibangun, maka Sri Sultan Hamengkubuwono I dan keluarga pindah ke Keraton. Mereka sebelumnya tinggal sementara di sebuah pesanggrahan di Ambarketawang, Gamping. Abdi dalem yang melayani beliau selama di Ambarketawang Gamping yaitu Ki dan Nyai Wirosuto memohon ijin untuk tetap tinggal di sana karena ingin merawat kediaman Sultan di Ambarketawang dan merawat binatang- binatang peliharaan mereka yang sudah banyak.

Pada suatu saat di bulan sapar, terjadilah longsor di Gunung Gamping yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka. Peristiwa ini mengakibatkan keduanya meninggal. Dan kejadian ini terulang lagi pada tahun berikutnya dengan banyak korban jiwa.
Bencana terus berulang setiap tahun sehingga Sultan HB I memutuskan untuk bertapa di Gunung Gamping dan berdialog dengan makhluk penunggu di sana.
Dari hasil bertapa tersebut, maka sang penunggu gunung meminta Sultan untuk membuat upacara pengorbanan sepasang pengantin agar bencana tersebut tidak terjadi lagi. Sultan pun menyanggupinya. Akan tetapi yang dilakukan adalah mengelabuhi penunggu gunung dengan membuat sepasang pengantin tiruan dari tepung ketan dan cairan gula jawa yang dibuat semirip mungkin dengan manusia. Hal ini ternyata berhasil dan bencana longsor sudah tidak terjadi lagi.
Karena inilah maka kemudian upacara ini selalu di adakan setiap tahun.

Kamis, 10 Maret 2016

Iblis

Ada suatu pertanyaan menarik
T: om,mengapa ada banyak agama?, apakah yang disembah adalah Tuhan yang sama?
J: apakah mereka menyembah Tuhan yang menciptakan alam semesta? apakah Tuhan mereka mengajarkan berbuat baik? Kalau iya bukankah mereka menyembah Tuhan yang sama
T: tapi mengapa ada masjid dibakar, ada gereja di segel, sanggar pamujan di bakar kalau mereka sebenarnya memuja Tuhan yang sama?
J: nak, kau harus tahu, yang tidak suka melihat manusia menyembah Tuhan adalah iblis dan para setan. Saat engkau melihat itu sebenarnya engkau telah melihat perwujudan iblis dan setan dalam bentuk manusia

Minggu, 17 Januari 2016

Doa

"Tuhan, salahkah bila saat berdoa aku mengajukan berbagai permintaan pada Mu agar diberikan hal-hal duniawi yang kuinginkan? Bukankah semestinya aku hanya melakukan persembahan dalam doa dan tidak meminta apa-apa?
Karena katanya mempersembahkan doa demi terkabulnya sebuah harapan, adalah doa yang tidak tulus."

Sang MAHA : "Manu, apa yang salah ketika yang lebih kecil meminta pada yang lebih besar? Apa yang salah saat yang lebih rendah meminta pada yang lebih tinggi?"

"Jika bagimu Tuhan adalah SUMBER SEGALA-nya, lalu apa yang salah saat kau meminta dalam doa-doamu pada Sang Sumber?"

" Bahkan jika kau mempersembahkan seluruh isi alam, kau mempersembahkan pada pemiliknya sendiri."

"Mintalah dalam doa-doa.
Lalu persembahkan pikiran, kata-kata dan perbuatan yang SELARAS dengan doa-doamu. Dengan begitu akan layak bagimu untuk menerima berkah dan pertolongan sesuai apa yang kau inginkan"

Minggu, 10 Januari 2016

Shalom aleichem


Shalom aleichem malachei ha-shareis malachei elyon, mi-melech malchei ha-melachim Ha-Kadosh Baruch Hu.

Arti kata-kata ini adalah:

Damai sertamu, ya malaikat yang melayani, para utusan Yang Maha Tinggi, dari Raja di atas Segala Raja, Yang Esa dan Kudus, terpujilah Dia.
Datanglah dalam damai, para utusan damai, para utusan Yang Maha Tinggi,
dari Raja di atas Segala Raja, Yang Esa dan Kudus, terpujilah Dia.

Familiar dengan salah satu kata diatas? Itu adalah nyanyian menyambut sabat dalam yahudi. Dan salam itu di balas alaichem shalom.
damai kiranya menyertaimu dibalas damai juga untukmu.

Mungkin juga ada yang mengatakan shalom alaichem itu harus dibalas dengan sedikit memelesetkan kata sehingga menjadi kecelakaan bagimu karena tidak sesuai dengan akidah yang diyakini mereka.

Tapi benarkah demikian? Setidaknya dalam literatur2 yang lebih tua tidak menyebutkan begitu kecuali hanyalah opini para pemuka agama yang tidak familiar dengan perbedaan, apalagi dengan persamaan antar kepercayaan

Bentuk salam seperti ini lazim ditemukan di Timur Tengah. Salam ini dilakukan dalam bentuk jamak - sehingga digunakan untuk menyalami banyak orang - meskipun misalnya digunakan untuk satu orang saja. Sebuah penjelasan religius untuk hal ini ialah bahwa orang menyalami baik tubuh maupun jiwa.

Shalom Aleichem juga lazim digunakan oleh pemeluk Kristen Orthodox Timur Tengah, khususnya komunitas di daerah Israel, Palestina, Suriah, Libanon, Yordania, Turki, Mesir, Maroko dan Russia, bahkan di seluruh dunia. Digunakan sebagai ucapan salam ketika beribadah, memulai khotbah dan salam kepada rekan dan sesama.

Salam ini dari mulai sebelum masehi sampai sekarang masih digunakan dalam berbagai dialek bahasa