Rabu, 01 April 2015

Mengenal persepsi, ilusi dan halusinasi

Kita tentu sering sekali mendengar
istilah persepsi, ilusi, maupun halusinasi. Pada ilmu kejiwaan, kata-kata tersebut sangat akrab bagi mereka yang berkecimpung di dalamnya. Tapi apa sebenarnya persepsi, ilusi, dan halusinasi ditinjau dari sisi kejiwaan ?

Persepsi adalah hasil interaksi antara dua faktor, yaitu faktor rangsangan sensorik yang tertuju kepada individu atau seseorang dan faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsangan itu secara intra-psikis. faktor-faktor pengaruh itu dapat bersifat biologis, sosial, dan psikologis. Karena adanya proses pengaruh- mempengaruhi antara kedua faktor tadi, di mana di dalamnya bergabung pula proses asosiasi, maka terjadilah suatu hasil interaksi tertentu yang bersifat "gambaran psikis".

Ilusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera.
Sebagai contoh, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat menginterpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya.

Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif.
Ilusi terjadi dalam bermacam-
macam bentuk, yaitu ilusi visual(penglihatan), akustik(pendengaran), olfaktorik(pembauan), gustatorik(pengecapan), dan ilusi taktil(perabaan).

Halusinasi adalah persepsi panca indera yang terjadi tanpa adanya rangsangan pada reseptor-reseptor panca indera. Dengan kata lain, halusinasi adalah persepsi tanpa obyek.
Halusinasi merupakan suatu gejala penyakit kejiwaan yang gawat(serius). Individu mendengar suara tanpa adanya rangsangan akustik.Individu melihat sesuatu tanpa adanya rangsangan visual, membau sesuatu tanpa adanya rangsangan dari indera penciuman.

Halusinasi sering dijumpai pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba. Halusinasi juga dapat terjadi pada orang normal, yaitu halusinasi yang terjadi pada saat pergantian antara waktu tidur dan waktu bangun. Hal ini disebut halusinasi hypnagogik.

Bermacam-macan bentuk halusinasi
Halusinasi akustik (pendengaran)
Halusinasi ini sering berbentuk :
Akoasma, yaitu suara-suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas.
Phonema, yaitu suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat kalimat tertentu.

Halusinasi visual (penglihatan) Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.

Halusinasi olfaktorik (pembauan)
Penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai.

Halusinasi taktil (perabaan)
Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat terlarang.

Halusinasi haptik
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Seringkali halusinasi
haptik ini bercorak seksual, dan sangat sering dijumpai pada pencandu narkotika.

Halusinasi kinestetik
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba.

Halusinasi autoskopi Penderita seolah olah melihat dirinya sendiri berdiri dihadapannya.

Demikianlah pengetahuan hal ini penting sekali bagi yang mendalami olah spiritual atau supranatural. Anda harus bisa membedakan apakah yang anda alami itu hanyalah halusinasi atau bukan.
Dalam prakteknya, terutama tanpa pembimbing maka pelaku sering kali terjebak dalam sensasi, persepsi yang salah, ilusi ataupun halusinasi yang dianggap mereka sebagai real. Dan mereka mengajarkan demikian juga pada muridnya tanpa mereka tahu sebenarnya.

Karena itulah ada yang mengatakan mempelajari spiritual-supranatural bila terlalu berat resikonya gila. Dan memang, halusinasi adalah ciri penyakit schizofrenia, dan bila penderita schizofrenia (gila) tidak segera diobati akan semakin parah (gilanya).

Mengapa banyak siswa terkena schizofrenia?
Sebagian besar mempelajari dalam tekanan mental atau depresi. Contoh:ada yang patah hati, strees berat, lalu mempelajari ilmu pelet dengan otodidak ataupun guru yang kurang "ngerti" Dengan kondisi seperti ini depresi yang dicampur beratnya laku berpengaruh ke fisik dan mengakibatkan penyakit kejiwaan seperti schizofrenia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar