Senin, 30 Maret 2015

Memperbaiki diri

Manusia bukan begitu saja terlahir menjadi orang suci,mana mungkin tidak memiliki kesalahan.
Jangan takut memperbaiki diri, maka dari itu jika ada kesalahan maka jangan takut memperbaiki diri.

Pada periode musim semi dan musim gugur banyak orang yang dengan mengamati ucapan dan tindakan seseorang dapat meramal berkah dan petaka seseorang, bahkan dengan sangat tepat.

Dengan cara apa mereka mengetahuinya?
Pada umumnya berkah dan petaka seseorang adalah pancaran dari hatinya dan diwujudkan dalam penampilan luar mereka.
Yang berwajah welas asih dan sikapnya tenang sebagian besar dari mereka mendapat pahala, sebaliknya asalkan melihat tindakan seseorang tidak baik maka bisa diketahui petakanya.

Sebelum membahas tentang melakukan kebajikan, maka terlebih dahulu harus memperbaiki diri.
Bagaimana cara memperbaiki diri?
Yang pertama adalah harus tahu malu.
Insan yang tahu malu adalah seorang ksatria.

Coba pikirkan insan bijak jaman dahulu adalah serupa dengan kita, tapi kenapa nama mereka bisa harum sepanjang masa sedangkan kita malah sampai merusak nama baik?
Jika seseorang tamak akan nama dan keuntungan, menikmati kesenangan, membelakangi orang lain dan berkomplot melakukan kejahatan dan mengira tidak ada yang melihatnya maka ia perlahan menjadi binatang dan diri sendiri belum menyadarinya.
Di dunia ini bukankah ini memalukan?

Cara kedua memperbaiki diri adalah memiliki rasa takut.
Harus diketahui Tuhan tidak bisa dibohongi meskipun manusia hanya melakukan kesalahan kecil. Pada kesalahan berat maka akan ada malapetaka yang menimpa dirinya.
Pelanggaran walaupun ringan juga akan mengurangi kebaikan kita, setiap tindakan kita ada yang mengawasinya
walaupun berada ditempat gelap sendirian.
Walaupun anda dapat menutupi perbuatannya, tapi niat pikiran tidak dapat mengelabuhi.
Niat pikiran ibarat pancaran gelombang yang diterima para dewa, karena itulah para dewa dianggap ada dimana-mana.

Asalkan manusia masih mempunyai sehela nafas, sejahat apapun manusia masih bisa memperbaiki diri, ibarat lembah yang gelap ribuan tahun, jika ada seberkas cahaya masuk maka akan menghapus kegelapan yang ribuan tahun itu.
Kehidupan manusia tak kekal, jika menanti nafas terhenti, saat itu walaupun jiwa ingin memperbaiki diri maka sudah tak mungkin lagi.

Cara ketiga adalah memiliki keberanian dan kegigihan.

Bagi sebagian orang memperbaiki diri dari tindakan, sebagian lagi dari pemahaman, sebagian lagi dari hati.
Dengan cara yang berbeda maka akan memperoleh hasil yang berbeda.

Contohnya jika waktu dulu membunuh maka sekarang tidak, dulu pemarah sekarang peramah.
Ini adalah mengubah kesalahan dari tindakan, tapi ini hanyalah memaksa diri, sulit mencapai tujuan memperbaiki diri.

Cara yang lebih bagus adalah memperbaiki diri melalui pemahaman benar, misal menghindari pembunuhan dengan menyadari bahwa langit mencintai kehidupan dan semua mahluk hidup menghargai nyawanya, maka bagaimana kita bisa tentram jika membunuh?

Demikian juga dengan pemarah, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing2, tidak ada yang
sempurna, karena itu harus saling memaklumi dan memahami.
Jika ada yang berbuat kesalahan maka kesalahan ada pada orang itu, maka untuk apa emosi?

Walaupun kesalahan manusia begitu banyaknya maka jika dikategorikan maka semua itu berasal dari hati. Jika tidak timbul niat pikiran maka tidak perlu melanggar kesalahan akibat.
Kita hanya perlu mengerahkan segenap hati kepada kebajikan maka pikiran sesat tidak akan mencemari, ibarat munculnya matahari menghilangkan kegelapan.
Karena kesalahan muncul dari hari hati maka dari itu dikatakan cara terbaik adalah membina hati.
Jika menghindari kesalahan tanpa memahami kebenaran maka dapat dikatakan itu cara memperbaiki diri yang bodoh.

Kita adalah orang biasa yang memiliki kesalahan, ibarat duri di tubuh landak, demikian banyaknya.
Jika mengenang masa lalu seolah tidak melihat kesalahan itu karena kecerobohan dan tidak instropeksi.

Kejahatan seseorang jika sudah keterlaluan maka perhatiannya sulit terfokus, tidak bersemangat, tidak ada masalah tapi sering risau, bila bertemu ksatria merasa rendah diri, mendengar pembahasan kebenaran tidak senang dan menghindari, atau jika menawarkan kebaikan pada seseorang tapi tidak diterima menjadi benci, atau bermimpi buruk sering kali.
Gejala2 ini adalah tampilan dari kesalahannya.

Apa yang bisa dilakukan jika mengalami ini?
Masa lalu tidak bisa diubah, tetapi kita bisa mengubah persepsi diri, dan memulai babak kehidupan baru. Jangan menyia2kan diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar